ikan bawal bintang (tracinotus blochii) |
Bawal
bintang merupakan ikan introduksi dari Taiwan dan memiliki prospek
yang cukup bagus di kawasan Asia Pasifik dengan harga yang cukup
tinggi. Sebenarnya di Taiwan Bawal Bintang sudah berkembang baik di
tingkat pembenihan maupun budidayanya. Namun di Indonesia Bawal Bintang
adalah komoditas yang masih dapat dibudidayakan di tingkat Keramba
Jaring Apung (KJA) dimana benih yang diperoleh didatangkan dari usaha
pembenihan di Taiwan.
Namun
baru-baru ini Balai Budidaya Laut Batam sudah mulai dapat memijahkan
induk-induk ikan Bawal Bintang yang diperoleh dari kegiatan usaha
bididaya sampai menghasilkan benih. Dengan keberhasilan ini maka dapat
mempermudah para pembudidaya dalam mendapatkan benih/bibit untuk
kemudian dibudidayakan di Keramba Jaring Apung (KJA). Selain hal di atas
benih-benih yang diproduksi akan lebih murah karena para pembudidaya
tidak perlu ”repot-repot” mengimpor benih dari luar negeri.
Dalam
suatu kegiatan pembenihan ada beberapa hal yang harus diperhatikan
meliputi penanganan induk, pemeliharaan larva, pendederan dan penanganan
pasca panen. Pengelolaan
induk dimulai dari seleksi induk/calon induk yang dihasilkan dari
kegiatan budidaya. Induk/calon induk yang bagus memiliki ciri-ciri umum
seperti bentuk badan harus proporsional dan simetris,tidak ada cacat
/luka pada tubuh ikan, merupakan grading pertama pada kegiatan budidaya
dan ukuran ikan sudah mencapai 1 kg/lebih. Dalam manajemen pakan induk
yang harus diperhatian adalah kualitas dan kuantitas dari pakan yang
diberikan. Kualitas pakan dapat dipenuhi dengan pemberian ikan rucah
segar, pellet, pencampuran vitamin dan multivitamin. Sedangkan untuk
kuantitas pakan yang baik diberikan 3-5% dari berat total induk yang
akan dipijahkan. Hal terakhir yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan
induk adalah manajemen air media pemeliharaan. Dimana pergantian air
optimal adalah 400% dalam 24 jam dengan kualitas air harus tetap
diperhatikan seperti pH (7.4-7.8), DO (4-6 ppm), suhu (29-310C) dan
salinitas (30-33 ppt).
Bak
pemijahan induk berkapasitas 10 ton dan diisi induk yang sudah siap
pijah sebanyak 10 ekor dengan perbandingan 1:1. Dimana induk jantan
lebih kecil dari induk betina. Keunggulan dari pemijahan Bawal Bintang
adalah ikan ini dapat dipijahkan kapan saja waktunya, tidak tergantung
dari siklus bulanan. Pemijahan yang dilakukan menggunakan teknik
manipulasi rangsang hormonal. Induk yang telah matang gonad (dapat
diketahui mengunakan metode stripping atau kanulasi) dapat disuntik
dengan hormon HCG (Hormon Chorinic Gonadotropin) dengan dosis 250 IU/kg
dan Fibrogen 50 IU/kg. Penyuntikan dilakukan selama 2 hari
berturut-turut. Umumnya di hari ke 3 telur sudah keluar dan telur yang
dihasilkan memiliki fekunditas 60%-70% dengan ukuran telur 800-850
mikron. Telur yang sudah dipanen kemudian dihitung dengan
mengunakan metode sampling untuk mengetahui jumlah total telur yang
dihasilkan oleh induk.
Pada
saat unit induk mempersiapkan pemijahan induk di saat yang sama unit
hatchery juga mempersiapkan bak dan air media pemeliharaan larva.
Persiapan itu meliputi pencucian bak menggunakan disinfektan, pencucian
peralatan seperti selang dan batu aerasi, pipa-pipa inlet dan outlet
dan terpal penutup bak serta dilakukannya pengeringan bak dan
peralatan. Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari. Setelah bak dan
peralatan siap maka dilakukan pengisian air media dari tadon yang telah
melalui proses penyaringan fisik seperti sandfilter dan filterbag.
Sistem
pemeliharaan larva ikan Bawal Bintang yang digunakan adalah sistem air
mengalir dengan penebaran telur langsung dalam bak media pemeliharaan.
Penebaran dilakukan pada saat ketinggian air dalam bak media
pemeliharaan mencapai 6 ton. Telur yang sudah dihitung menggunakan
teknik sampling langsung di tebar menggunakan gayung dengan kepadatan
100000-150000 butir/bak atau 10-15 butir/liter dimana tinggi air media
maksimal 10 ton. Daya tetas telur (HR) Ikan Bawal Bintang yang ditebar
65%-75% dimana sampling dilakukan ketika larva berumur 2 hari.
Dalam
pemeliharaan larva ikan Bawal Bintang ini memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan larva ikan-ikan laut eknomis lainnya sehingga sangat
potensial untuk dikembangkan oleh pembudidaya. Keunggulan-keunggulan itu
adalah tidak terlalu memiliki banyak permasalahan dengan kualitas air
media pemeliharaan dan mudah dalam melakukan manajemen pakan pada
larva. Belum lagi dilihat dari tingkat pertumbuhan larva ikan Bawal
Bintang yang sangat cepat, dapat mencapai ± 1 mm/hari diakhir
pemeliharaan. Manajemen air dalam pemeliharan larva ikan Bawal Bintang
ini menggunakan air mengalir dimana debit air di awal pemeliharaan
adalah 3 lt/menit. Debit air ini akan terus ditingkatkan sampai pada
akhir pemeliharaan mencapai 10 lt/menit. Penggunaan pitoplankton pada
pemeliharaan larva juga tidak terlalu lama, dengan jenis pitoplankton
nanocloropsis,sp diberikan sampai larva berumur 14 hari. Pemberiannya
dengan cara dimasukkan dalam air media pemeliharaan sebayak 200 liter
pada pagi dan sore hari. Agar kualitas air tetap terjaga maka dilakukan
pembersihan dasar bak (sipon) yang dimulai pada saat larva berumur 10
hari atau saat dasar bak sudah terlihat kotor. Penyiponan ini dilakukan
setiap 2 hari sekali dari penyiponan pertama sampai panen.
Manjemen
pakan larva ikan Bawal bintang dilakukan dengan memberikan pakan alami
dan pakan buatan. Pakan alami berupa rotifera Brachionus plikatilis
dan artemia sedangkan pakan buatan adalah pellet yang ukurannya
disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pemberian rotifera mulai
dilakukan dari umur 3 hari dengan kepadatan 5-15 individu/ml dan
frekuensi pemberiannya 3 kali sehari (pagi, siang dan sore) sampai umur
larva 14 hari. Dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi larva pada umur 10
hari pakan pellet sudah dapat diberikan dengan ukuran pakan 250-300
mikron. Sedangkan artemia mulai diberikan saat larva berumur 14 hari
dengan kepadatan 0.25 individu/ml. Saat berumur 15 hari pemberian
rotifera sudah dihentikan dan frekuensi pemberian pellet ditingkatkan
menjadi 1-2 jam sekali. Diakhir pemeliharan larva (umur 18 hari)
pemberian artemia juga ditingkatkan menjadi 0.5 individu/ml. Hal ini
bertujuan untuk menunjang pertumbuhan larva yang sangat cepat dan baru
dihentikan saat larva berumur 22 hari.
Pemanenan
larva ikan Bawal Bintang dilakukan pada umur 21 hari dengan
menggunakan seser 500 mikron. Setelah pemanenan, dilakukan pemisahan
ukuran (grading) sebelum dipindahkan ke unit pendederan. Kelulushidupan
(SR) larva dapat mencapai 20%. Setelah
dipanen larva yang sudah digrading langsung ditransfer ke unit
pendederan. Padat tebar benih dalam bak pendederan adalah 2 ekor/liter
di awal pemeliharaan. Di unit pendederan manajenen air dilakukan dengan
ganti air dan sirkulasi media pemeliharaan sampai 200%. Untuk menjaga
kualitas air media tetap bagus dilakukan juga pembersihan dasar bak
(sipon) 2 kali sehari (pagi dan sore) karena banyaknya sisa pakan dan
feses dari benih. Manajemen pakan di unit pendederan dilakukan dengan
pemberian pellet yang sesuai dengan bukaan mulut benih secara teratur (1
jam sekali). Selain itu pencampuran ukuran pellet (weaning) harus
terus dilakukan untuk mengatasi keragaman ukuran benih didalam media
pemeliharaan. Saat dipertengahan pemeliharaan (mulai umur 30 hari)
pemberian pellet dapat mencapai 1 kg/hari, karena konsumsi benih
terhadap pakan sangat tinggi. Boleh dikatakan benih ikan Bawal bintang
dapat memanfaatkan konsumsi pakan secara optimal dalam mendukung
pertumbuhannya. Dengan cepatnya pertumbuhan benih Bawal Bintang maka
kegiatan pemisahan ukuran (grading) dilakukan 3-4 hari sekali. Di akhir
pemeliharaan kepadatan benih ikan Bawal Bintang dalam media
pemeliharaan mencapai 0.5 ekor/liter. Kelulushidupan (SR) benih di unit
pendederan dapat mencapai 80% yang berarti tingkat kematian ikan tidak
terlalu tinggi.
Benih ikan Bawal Bintang memiliki kecepatan pertumbuhan panjang yang sangat tinggi. Ini dapat
dilihat dari monitoring pertumbuhan yang dilakukan saat pemeliharaan
larva sampai pada pendederan. Kecepatan pertumbuhan ini disebabkan
karena ikan ini sangat aktif terhadap pakan apa saja yang diberikan.
Salah satu keunggulan Bawal Bintang ini adalah pertumbuhan cepat karena
kemudahan jenis pakan dan konsumsinya. Selain itu ikan ini relatif
lebih tahan terhadap serangan penyakit dan sangat mudah dalam
pemeliharaannya.
Dari
grafik diatas dapat dilihat semakin bertambah umur ikan maka
pertumbuhannya semakin cepat. Saat benih berumur 35 hari dapat dilihat
dari grafik ukurannya sudah mencapai 3,4 cm. Artinya benih dapat
ditransfer atau dijual pada pembudidaya Keramba Jaring Apung (KJA).
Dengan ukuran 3 cm benih ikan Bawal Bintang sudah dapat dipelihara lebih
lanjut di KJA. Sebelum benih-benih itu ditransfer atau dijual pada pembudidaya KJA
harus ada penanganan sebelum panen. Seperti benih-benih ikan laut
ekonomis lainnya benih ikan Bawal Bintang harus dipuasakan terlebih dulu
sebelum di packing selama 1 hari. Tujuannya adalah mengurangi
metabolisme benih dan mencegah benih agar tidak muntah setelah
dipacking. Untuk pemackingan benih secara tertutup media air yang
digunakan diturunkan suhunya menjadi 250C-270C. Dalam kantong packing
perbandingan antara air dan oksigen adalah 1:3 dengan kepadatan benih
200 ekor/kantong.
Dengan
keadaan usaha pembenihan ikan Bawal Bintang seperti diatas dapat
diketahui bahwa pembenihan ikan ini memiliki beberapa keunggulan,
seperti dibidang teknis adalah teknologi pembenihan yang dilakukan tidak
terlalu sulit dibandingkan dengan ikan-ikan laut ekonomis lainnya,
memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi dan waktu pemeliharaan
yang singkat. Dibidang ekonomi usaha pembenihan ikan Bawal Bintang
sangat layak dan menguntungkan. Jadi tidak berlebihan jika usaha
pembenihan ikan Bawal Bintang dijadikan potensial baru yang harus
dikembangkan di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar