waktu terus bergulir, matahari semakin merangkak mendekati garis vertikal cakrawala. suasana terik semakin membuat kulit serasa digigit. aku melangkahkan kaki mencari keteduhan. tidak jauh dari tempatku mematung, sekitar 200 meter dari sudut bangunan terdapat ruangan kecil dengan ukuran 4 x 4 meter, di depannya berdiri bangunan berbentuk segitiga yang disebut tempat kuliah. ruangan tersebut bersebelahan dengan ruang dosen dari mata kuliah fisiologi hewan air, cukup nyaman jika dijadikan sebagai tempat melepas lelah. akhirnya, dengan senyum merekah ku langkahkan kaki ku menuju ruangan itu. sambil terseok ku terus berjalan, beban berat akibat isi dalam ranselku belum mau turun. cukup 5 menit aku sampai ditempat yang ku tuju. lima menit menunggu, tidak ada tanda-tanda orang di dalamnya. kuberanikan diri untuk mendorong lempengan besi yang menjadi pusat keluar masuknya penghuni, pintu itu berderit manis seakan menyambutku dengan ramah. mataku menyebar keseluruh penjuru, menyapu setiap benda yang memantulkan warna. kertas dengan warna pelangi berserakan seakan berebut tempat untuk lebih dulu mana yang akan ku sentuh. hah,,,ruangan ini begitu menyejukanku. walaupun secara sadar, orang akan mengamatakan ini adalah gudang.
Rabu, 23 November 2011
Jumat, 18 November 2011
Rekayasa Set Kromosom
REKAYASA
SET KROMOSOM : GINOGENESIS DAN POLIPLOIDISASI
Ita Apriani
Budidaya Perairan-IPB
ABSTRAK
Rekayasa genetika dengan melakukan manipulasi set kromosom merupakan
salah satu kegiataan penting dalam pembenihan ikan. Ginogenesis dan
poliploidisasi adalah perlakuan yang dapat dilakukan dalam memanipulasi set
kromosom. Ginogenesis adalah suatu proses penurunan sifat meternal secara total
melalui perkembangan telur tanpa kontribusi sperma secara genetik untuk embrio.
Ginogenesis merupakan suatu bentuk rekayasa genetik yang menonaktifkan materi
genetik sperma dan merangsang diploidisasi untuk terbentuknya zigot. Sedangkan
dalam perlakuan poliploidisasi, proses awal pembelahan sel pada telur yang
telah dibuahi dihambat dengan menggunakan perlakuan fisik atau kimia. Salah
satu tujuan utama dalam poliploidisasi adalah untuk menghasilkan individu triploid
yang steril karena jumlah set kromososm yang ganjil akan menghambat pembelahan
meiosis sehingga perkembangan gonad akan terhambat. Hasil praktikum ginogenesis dan poliploidisasi
mati semua sehingga dapat dikatakan gagal dalam penetasan telur. Rendahnya derajat penetasan telur dapat diakibatkan oleh pengaruh perlakuan
kejutan suhu panas yang diberikan pada telur. Besar dan lamanya pemberian suhu kejutan
merupakan faktor penentu keberhasilan perlakuan ini. Keberhasilan
poliploidisasi melalui perlakuan kejutan suhu sangat dipengaruhi oleh suhu
kejutan, waktu kejutan dan lama kejutan.
Kamis, 17 November 2011
Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan
oleh : Ita Apriani
gambar 1. digram alur pokok pikiran bentuk piramida |
Pencernaan proses memecah senyawa kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah diserap oleh tubuh. Pencernaan biasanya dibagi menjadi aktivitas mekanik dan kimia. Kebanyakan
hewan vertebrata, pencernaan adalah suatu proses bertingkat setelah
ingesti dari bahan mentah. Proses pencernaan ini
berlangsung pada saluran pencernaan dan untuk berlangsungnya proses pencernaan
ini dibutuhkan cairan digestif (enzim, HCl, bikarbonat, air dan lain-lain) dan
energi. Selama proses ini, perubahan sifat dan bentuk zat
makanan terjadi karena berbagi enzim yang terkandung dari berbagai cairan
pencerna. Dimana setiap enzim mempunyai tugas khusus untuk menyaring dan
bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis
lainnya. Pentingnya
proses pencernaan ini berkaitan dengan penyederhanaan zat makanan oleh enzim
dan proses fisiologis yang terjadi pemahaman terhadap proses ini dibutuhkan,
apalagi jika dihubungkan dengan kegiatan budidaya perikanan.
Pesona Bogor Tidak Pernah Pudar
Bogor Mempesona
Dulu bernama Buitenzorg, sekarang, lebih
dikenal dengan julukan Kota Hujan. Kota di mana saya menghabiskan
sebagian masa kecil ini telah banyak berubah. Yang pasti, bertambah
panas dan macet di setiap akhir pekan.
Jika dulu Bogor dikenal dengan tauge goreng dan mie yunsin, kini pilihan camilan atau makanan sebagai oleh-olehnya pun semakin banyak. Mulai dari asinan, roti unyil, pie sampai makaroni skotel. Walau banyak yang sudah berubah, masih banyak peninggalan Belanda yang masih terjaga apik. Saat seharian menjelajah Bogor, saya masih bisa menikmati perpaduan antara masa lalu dan sekarang.
Jika dulu Bogor dikenal dengan tauge goreng dan mie yunsin, kini pilihan camilan atau makanan sebagai oleh-olehnya pun semakin banyak. Mulai dari asinan, roti unyil, pie sampai makaroni skotel. Walau banyak yang sudah berubah, masih banyak peninggalan Belanda yang masih terjaga apik. Saat seharian menjelajah Bogor, saya masih bisa menikmati perpaduan antara masa lalu dan sekarang.
Transportasi menuju Bogor yang paling nyaman adalah menggunakan kereta
dan sekarang telah berubah menjadi komuter. Dari stasiun kereta, lokasi
wajib dilihat yang terdekat adalah Istana Bogordi jalan Ir. H. Juanda.
Istana ini merupakan tempat peristirahatan presiden namun kini hanya digunakan untuk kegiatan khusus pemerintahan. Jika ingin melihat ke dalam istana, istana dibuka untuk umum pada perayaan hari ulang tahun Bogor sekitar bulan Juni. Ada sekitar 450 koleksi lukisan dan 360 patung yang menjadi dekorasi Istana seluas hampir dua hektar ini.
Istana ini merupakan tempat peristirahatan presiden namun kini hanya digunakan untuk kegiatan khusus pemerintahan. Jika ingin melihat ke dalam istana, istana dibuka untuk umum pada perayaan hari ulang tahun Bogor sekitar bulan Juni. Ada sekitar 450 koleksi lukisan dan 360 patung yang menjadi dekorasi Istana seluas hampir dua hektar ini.
Probiotik Dalam Akuakultur
Probiotik dalam Akuakultur
Oleh :
Ita Apriani, Cahya Lestari, Reza Akbar Santoso, Wuri Widhawati, galih Abdul FG.
Pada awalnya, penggunaan probiotik hanya diaplikasikan
pada manusia dan hewan ternak yang diberikan sebagai suplemen dalam makanan.
Namun pada akhir tahun 1980 muncul publikasi pertama mengenai kontrol biologi dalam
akuakultur, dan sejak itu penelitian
tentang probiotik dalam akuakultur terus meningkat (Verschuere et al.
2000).
Probiotik terdiri dari dua kata yaitu, pro yang
berarti mendukung (lawan katanya anti yang berarti
melawan) dan biotik yang berarti lingkungan hidup. Bisa disimpulkan,
probiotik adalah mikroorganisme hidup yang sengaja diberikan dengan harapan
memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan inang. Selain itu probiotik
diartikan sebagai mikroorganisme hidup yang apabila dikonsumsi oleh inangnya
(ternak, ikan, maupun manusia) akan memberikan pengaruh menguntungkan baginya
dengan memperbaiki lingkungan mikrobiota yang ada dalam sistem pencernaan
(Fuuler 1989 dalam Verschuere et al. 2000).
Probiotik dalam akuakultur menurut Moriarty (1999)
meliputi penambahan bakteri ke dalam tangki dan kolam dimana hewan air hidup,
karena bakteri tersebut memodifikasi komposisi bakteri dalam air dan
sedimen. Selanjutnya Verschuere et al. (2000) menambahkan penjelasan
bahwa pada hewan akuatik, selain saluran pencernaan, air di sekeliling
organisme tersebut juga memegang peranan penting, Sehingga probiotik untuk
hewan akuatik adalah agen mikro hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan
pada inang dengan memodifikasi komunitas mikroba atau berasosiasi dengan inang,
menjamin perbaikan dalam penggunaan pakan atau memperbaiki nilai nutrisinya,
memperbaiki respon inang terhadap penyakit atau memperbaiki respon inang
terhadap penyakit atau memperbaiki kualitas lingkungan ambangnya.
Probiotik dalam media budidaya perikanan, berfungsi
sebagai pengatur kondisi mikrobiologi di air atau sedimen, membantu mengatur
atau memperbaiki kualitas air, meningkatkan keragaman mikroorganisme dalam air
atau sedimen serta meningkatkan kesehatan ikan dengan menghambat efek bakteri
patogen. Bakteri probiotik dapat meningkatkan kesehatan ikan dan memperbaiki
kualitas air serta digunakan sebagai pakan tambahan sehingga dapat memacu
pertumbuhan dan mencegah terjadinya serangan penyakit. Bakteri probiotik
apabila masuk kedalam tubuh ikan, udang dan moluska akan berfungsi sebagai immunostimulan
yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap bakteri patogen (Susanto et
al. 2005).
Penggunaan probiotik dapat dikategorikan sebagai
agensia pengendalian biologis (biological control) karena perannya dalam
membatasi atau membunuh hama dan penyakit. Dalam akuakultur, sebagai
pengendalian biologis melalui makanan, probiotik juga berperan dalam
peningkatan kualitas air media pemeliharaan ikan. Biokontrol digambarkan
sebagai penggunaan musuh alami untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh
organisme merugikan sampai batas yang dapat ditoleransi (Debach dan Rosen 1991
dalam Gomez-Gill 2000) atau lebih tepatnya, kontrol atau pengendalian populasi
yang merusak dengan menggunakan musuh alami (Smith 1991 dalam Gomez-Gill 2000).
Probiotik sebagai agen pengurai (bioremediasi)
merupakan kelompok bakteri menguntungkan seperti Nitrosomonas, Cellumonas,
Bacillus sp, dan Nitrobacter. Dalam usaha budidaya
perikanan dapat digunakan baik secara langsung dengan ditebarkan ke dalam air
atau melalui perantara makanan (Khasani 2007). Menurut Ali (2000) bahwa
penggunaan probiotik ke dalam air pemeliharaan ikan dapat memberikan pengaruh
yang baik terhadap kesehatan ikan karena probiotik tersebut akan mengubah
komposisi bakteri di dalam air dan sedimen sehingga dapat memperbaiki beberapa
parameter kualitas air dan meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan.
Menurut Verschuere et al. (2000) mekanisme
kerja probiotik meliputi (1) Produksi senyawa inhibitor, (2) Kompetisi untuk
senyawa atau sumber energi yang tersedia (3) perbaikan kualitas air, (4) sumber
makro dan mikro nutrient (5) kontribusi enzim untuk pencernaan. Sedangkan
menurut Fuller (1992) faktor yang mempengaruhi respon inang terhadap probiotik
antara lain: komposisi mikroflora inang, dosis yang digunakan, umur dan spesies
atau strain hewan inang, dan kualitas probiotik.
Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan probiotik dengan pengaruh positif yang optimal bagi inangnya
menurut Shortt (1999) meliputi (1) Spesies bakteri probiotik merupakan
mikroflora normal usus sehingga bakteri tersebut lebih mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan usus. (2) Tidak bersifat patogen. (3) Memiliki kemampuan
untuk menempel dan mengkolonisasi sel usus.
(4) Memiliki aktivitas antagonistik terhadap mikroba
patogen enterik. (5) Terbukti memiliki pengaruh yang menguntungkan pada
kesehatan. (6) Bakteri probiotik diharapkan memiliki jumlah sel hidup yang
besar (106 sampai 109).
Beberapa penelitian mengenai bakteri probiotik dengan
menggunakan berbagai dosis telah banyak dilakukan baik melalui pakan maupun ke
media pemeliharaan. Nikoskelainen et al. (2001) menggunakan probiotik Lactobacillus
rhamnosus dengan dosis 109 CFU/g pakan dan 1012 CFU/g
pakan untuk menanggulangi Furunculosis pada ikan rainbow trout (Onchoryncus
mykiss), kelangsungan hidup tertinggi justru diperoleh pada perlakuan
probiotik dengan dosis 109 CFU/ml. Malau (2003) dalam penelitiannya
juga menggunakan bakteri SKT-b dan BL542 serta kombinasi keduanya menunjukkan
bahwa tingkat kelangsungan hidup larva udang windu yang tertinggi pada
perlakuan yang diberi bakteri SKT-b (90 %) dengan konsentrasi 106
CFU/ml dan diinfeksi Vibrio harveyi setelah 6 jam dengan
konsentrasi 103 CFU/ml.
Rahmadiarti (2009) menunjukkan bahwa pada benih ikan
nila dengan kepadatan 40 ekor/200L dan bobot rata-rata 5 gram/ekor menunjukan
bahwa penggunaan probiotik Epicin Pond Direct dengan dosis 3 mg/L memberikan
pengaruh tertinggi dengan 1,92% untuk laju pertumbuhan dan 51,53% untuk
efisiensi pemberian pakan.
Rabu, 16 November 2011
Phytobioremidiasi
BIOREMEDIASI DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN AIR SEBAGAI
SOLUSI DALAM MENGATASI PERMASALAHAN LIMBAH BUDIDAYA YANG EFEKTIF DAN EFISIEN
Hosnol Hotimah, Hamelia Priliska, Ita Apriani, Riska
Nurkarina, Mita Istifarini, Doni Nurdiansyah, Galih Abdul Fatah
Departemen Budidaya Perairan
Institut Pertanian Bogor
ABSTRAK
Bioremediation is the process to change dangerous polluting compounds
into other compounds that are safer by use
organisms. Plants considered to be
effective in performing the function
of the environmental remediation
of contaminated waste properly. Therefore, water hyacinth, water spinach, watercress, and kiambang as water plants used for
bioremediation process. However, the result obtained are
different than previously thought because the water quality parameters measured
were bad. The range of CO2 values are very high, especially on a fifth day treatment of watercress (143.825 mg / l) exceeded the permissible levels for aquatic organisms ,even
cause toxic and lethal for fish.
Additionally, high levels of TAN (up to 2,061 mg/l) in spinach, nitrite (up to
12,985 mg/l) in kiambang, and nitrate (up to 2,392 mg/l) also showed that
plants in this case are water hyacinth, water spinach, watercress, and kiambang do nothing in principle of photosinthetis that used to be
essential nutrients in the process.
Kata
kunci : Bioremediation, photosynthesis, water quality
I.
Pendahuluan
Pencemaran air makin banyak teerjadi,
bahan pencemar yang masuk ke lingkungan perairan pun makin banyak jenisnya.
Tidak hanya dari minyak, limbah pabrik, sampah rumah tangga tetapi juga limbah
perikanan budidaya yang ramai dbicarakan Kebanyakan sistem budidaya intensif
banyak merugikan lingkungan perairan. Treatmen umumnya dilakukan untuk air yang
akan digunakan untuk kegiatan budidaya.
Belum banyak perhatian dan upaya mengenai pengelolaan mengenai air sisa
budidaya ini. Jelas hal ini yang mendasari adanya penolakan-penolakan dan opini
masyrakat terhadap pro dan kontra terhadap kegiatan budidaya ini.
Salah satu
upaya untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan treatmen terhadapa air
buangan sebelumm dialirkan ke perairan umum seperti sungai dan laut. Penggunaan
bahan kimia pun telah banyak dilakukan untuk memperbaiki kualitas air. Namun,
permasalahan kembali muncul yaitu kekhawatiran masyarakat terhadap penggunaan
bahan kimia.
Beralih
dari reduksi penggunaan bahan kimia, pengetahuan mengenai pemanfaatan makhluk
hidup dalam merehabilitas lingkungan yang sering dikenal bioremediasi pun
dilirik. Bioremediasi adalah proses mengubah senyawa pencemar
yang berbahaya menjadi senyawa lain yang lebih aman dengan memanfaatkan
organisme (Anonim 2007).
Selain itu keunggulan dari bioremediasi ini adalah
lebih murah karena bisa dilakukan secara in-situ sehingga mengurangi biaya
pengangkutan, prosesnya alami, mengubah molekul senyawa pencemar bukan hanya
memindahkan (Yusuf 2008). Bioremediasi dengan menggunakan tanaman dikenal
sebagai fitoremediasi.
Seperti
yang dikemukakan oleh Stowell (2000) dalam
Yusuf (2008) yang menyatakan bahwa tanaman air memiliki kemampuan secara umum
untuk menetralisir komponen-komponen tertentu diperairan, dan hal tersebut
sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair.
Tanaman
diketahui untuk hidupnya memerlukan nutrisi berupa kadar Nitrogen. Dengan
pengetahuan itu diujikan pengaruh tanaman dalam menyerap kandungan air limbah
perikanan budidaya yang kaya akan unsur N2.. Pemanfaatan tanaman yang dapat hidup
dengan kadar air tinggi dilakukan untuk melihat keefktifan dan keefisienannya.
II.
Metodologi
2.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Alat Vandorn, botol sampel, turbidimeter,
Spektrofotometer, pH meter, termometer, biuret, gelas ukur, gelas piala 250 ml, DO meter,
erlenmeyer, pipet tetes, bulb, dan pipet serologis. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah air sampel kolam,
larutan Sulfamic acid, larutan MnSO4, larutan NaOH, larutan NaOH
pekat, larutan KI, larutan H2SO4 Pekat, larutan Na tiosulfat,
larutan PP, KMnSO4, larutan HCl, larutan ind EBT, larutan Na EDTA,
larutan Cholorx, Brucine, larutan Phenat, dan aquades.
2.2 Metode
Akuarium yang berukuran 60x40x40 cm
sebanyak 4 buah dan perlengkapan aerator disiapkan terlebih dahulu. Tanaman air
yang akan dipakai (kayambang, eceng gondok, selada air, dan kangkung air)
dibersihkan dahulu sebelum dimasukkan ke dalam akuarium. Air dimasukkan ke
dalam akuarium sebanyak ¾ dari tinggi akuarium yang bersumber dari kolam
percobaan pemeliharaan ikan nila, kemudian aerator dimasukkan ke dalam akuarium
beserta tanaman yang telah dibersihkan. Besok hari ikan mas sebanyak 10 ekor
baru dimasukkan ke dalam akuarium. Sampel diambil pada hari ke 0, 5, dan 10.
hasil
3.3.1
TAN
Air sampel dipipet sebanyak 25 ml,
kemudian ditambahkan 1 tetes MnSO4, 0.5 ml chlorox dan 0.6 phenate.
Phenate ditambahkan dengan segera dengan menggunakan pipet tetes yang sudah dikalibrasi,
kemudian didiamkan ± 15 menit, sampai pembentukan warna stabil.
Larutan blanko dibuat dari 10 ml
akuades, selanjutnya dilakukan prosedur seperti pada proses sebelumnya. Begitu
pula dengan larutan standar yang dibuat dari 10 ml larutan standar ammonia.
Pengukuran blanko pada panjang gelombang 630 nm dengan spektrofotometer pada
absorbance 0 (Transmittance 100%), kemudian dilanjutkan dengan pengukuran
sampel dan larutan standar.
Konsentrasi TAN dihitung dengan
persamaan sebagai berikut.
III.
Keterangan:
Cat : konsentrasi larutan standar (0.3 mg/l)
Aaat : nilai absorbance larutan standar
Aa : nilai absorbance air sampel
Konsentrasi faktor yang terukur tersebut dinyatakan
dalam kadar nitrogen (N) yang terdapat dalam ammonia (NH3). Untuk
mengetahui konsentrasi ammonia yang dinyatakan dalam mg NH3/L, nilai
TAN di atas dikalikan dengan actor seperti pada persamaan berikut:
IV.
Keterangan:
BM :
berat molekul
BA :
berat atom
3.3.2
Nitrat
Diambil sampel sebanyak 5 ml, lalu
ditambahkan 0.5 ml brucine. Kemudian
ditambahkan 5 ml H2S04 pekat. Setelah itu didiamkan dan
dilakukan spektrofotometer dengan gelombang 410 nm. Langkah dalam pembuatan
standar, yaitu diambil 5 ml NO3 dan dimasukkan ke dalam labu ukur.
Setelah itu ditambah akuades sebnyak 100 ml serta dikocok hingga rata. Kemudian
diambil 25 ml serta ditetesi dengan 0.5 brucine, dan 5 ml H2SO4
didiamkan dan dispektro dengan gelombang 410 nm. Untuk blanko, pertama diambil
akuades sebanyak 25 ml, kemudian ditetesi dengan 0.5 brucine, dan 5 ml H2SO4.
3.3.3
Nitrit
Diambil
sampel sebanyak 25 ml, dimasukkan ke dalam baker glass, lalu ditambahkan 0.5 ml
sulfamic acid. Kemudian diamkan
selama 3 menit, lalu ditambahkan 0,5 ml naftilamin. Setelah itu didiamkan
selama 10 menit dan dilakukan spektrofotometer dengan gelombang 520 nm.
V.
Hasil
Berdasarkan
hasil pengukuran parameter kualitas air berbagai jenis perlakuan bioremediasi
dengan tanaman didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
1. Hasil pengukuran parameter pH, DO, CO2, TAN, Nitrit dan Nitrat
pada perlakuan bioremediasi dengan beberapa jenis tanaman
Perlakuan
|
Hari ke-
|
pH
|
DO
|
CO2
|
TAN
|
Nitrit
|
Nitrat
|
Eceng gondok
|
0
|
9,475
|
5,850
|
24,538
|
0,128
|
0,172
|
0,369
|
3
|
7,275
|
8,350
|
23,971
|
0,010
|
0,070
|
0,324
|
|
5
|
7,1
|
5,250
|
27,966
|
0,114
|
0,007
|
0,443
|
|
7
|
8,045
|
6,150
|
39,952
|
0,870
|
0,672
|
0,059
|
|
9
|
7,185
|
10,750
|
47,942
|
2,045
|
6,496
|
1,460
|
|
Kangkung air
|
0
|
9,475
|
5,850
|
24,538
|
0,128
|
0,172
|
0,369
|
3
|
8,165
|
6,300
|
23,971
|
0,324
|
0,308
|
0,192
|
|
5
|
7,645
|
8,800
|
35,957
|
0,416
|
0,237
|
0,366
|
|
7
|
8,245
|
8,000
|
17,979
|
0,214
|
0,813
|
0,094
|
|
9
|
7,74
|
10,750
|
27,937
|
2,061
|
12,006
|
1,770
|
|
Selada air
|
0
|
9,475
|
5,850
|
24,538
|
0,128
|
0,172
|
0,369
|
3
|
7,855
|
7,550
|
59,931
|
0,553
|
0,725
|
0,236
|
|
5
|
7,84
|
5,150
|
55,933
|
1,947
|
1,061
|
0,202
|
|
7
|
8,275
|
6,700
|
39,952
|
1,604
|
1,084
|
0,164
|
|
9
|
8,22
|
6,200
|
143,825
|
1,175
|
9,788
|
2,392
|
|
Kiambang
|
0
|
9,475
|
5,850
|
24,538
|
0,128
|
0,172
|
0,369
|
3
|
7,35
|
4,850
|
11,986
|
0,019
|
0,094
|
1,195
|
|
5
|
7,2
|
7,210
|
21,974
|
0,334
|
0,200
|
0,481
|
|
7
|
7,76
|
8,600
|
27,967
|
0,141
|
0,722
|
0,082
|
|
9
|
7,24
|
5,800
|
37,955
|
1,683
|
12,985
|
1,337
|
|
Kontrol
|
0
|
9,475
|
5,850
|
24,53
|
0,128
|
0,172
|
0,369
|
3
|
8,205
|
8,350
|
13,984
|
0,481
|
0,231
|
0,116
|
|
5
|
8,055
|
9,450
|
17,979
|
0,205
|
0,126
|
0,125
|
|
7
|
7,785
|
10,235
|
31,105
|
0,098
|
0,772
|
0,069
|
|
9
|
7,5
|
7,050
|
43,731
|
0,406
|
13,437
|
3,831
|
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa
tanaman selada air memiliki kualitas air yang paling buruk karena kadar CO2
terukur mencapai 143,825 mg/l dan jika dibandingkan dengan kontrol, masih lebih
baik kualitas air pada perlakuan kontrol. Begitu juga dengan nilai nitirit pada
semua perlakuan rata-rata tinggi, hingga 12,985 mg/l yaitu pada tanaman
kiambang. Sedangkan untuk kadar TAN tertinggi didapat pada tanaman eceng gondok
yaitu sebesar 2,045 mg/l. Dan untuk kadar nitrat tertinggi pada tanaman selada
air yaitu sebesar 2,392 mg/l.
Perlakuan
|
Hari ke-
|
pH
|
DO
|
CO2
|
TAN
|
Nitrit
|
Nitrat
|
Eceng gondok
|
0
|
9,475
|
5,850
|
24,538
|
0,128
|
0,172
|
0,369
|
3
|
7,275
|
8,350
|
23,971
|
0,010
|
0,070
|
0,324
|
|
5
|
7,1
|
5,250
|
27,966
|
0,114
|
0,007
|
0,443
|
|
7
|
8,045
|
6,150
|
39,952
|
0,870
|
0,672
|
0,059
|
|
9
|
7,185
|
10,750
|
47,942
|
2,045
|
6,496
|
1,460
|
|
Kangkung air
|
0
|
9,475
|
5,850
|
24,538
|
0,128
|
0,172
|
0,369
|
3
|
8,165
|
6,300
|
23,971
|
0,324
|
0,308
|
0,192
|
|
5
|
7,645
|
8,800
|
35,957
|
0,416
|
0,237
|
0,366
|
|
7
|
8,245
|
8,000
|
17,979
|
0,214
|
0,813
|
0,094
|
|
9
|
7,74
|
10,750
|
27,937
|
2,061
|
12,006
|
1,770
|
|
Selada air
|
0
|
9,475
|
5,850
|
24,538
|
0,128
|
0,172
|
0,369
|
3
|
7,855
|
7,550
|
59,931
|
0,553
|
0,725
|
0,236
|
|
5
|
7,84
|
5,150
|
55,933
|
1,947
|
1,061
|
0,202
|
|
7
|
8,275
|
6,700
|
39,952
|
1,604
|
1,084
|
0,164
|
|
9
|
8,22
|
6,200
|
143,825
|
1,175
|
9,788
|
2,392
|
|
Kiambang
|
0
|
9,475
|
5,850
|
24,538
|
0,128
|
0,172
|
0,369
|
3
|
7,35
|
4,850
|
11,986
|
0,019
|
0,094
|
1,195
|
|
5
|
7,2
|
7,210
|
21,974
|
0,334
|
0,200
|
0,481
|
|
7
|
7,76
|
8,600
|
27,967
|
0,141
|
0,722
|
0,082
|
|
9
|
7,24
|
5,800
|
37,955
|
1,683
|
12,985
|
1,337
|
|
Kontrol
|
0
|
9,475
|
5,850
|
24,53
|
0,128
|
0,172
|
0,369
|
3
|
8,205
|
8,350
|
13,984
|
0,481
|
0,231
|
0,116
|
|
5
|
8,055
|
9,450
|
17,979
|
0,205
|
0,126
|
0,125
|
|
7
|
7,785
|
10,235
|
31,105
|
0,098
|
0,772
|
0,069
|
|
9
|
7,5
|
7,050
|
43,731
|
0,406
|
13,437
|
3,831
|
Gambar 1. Grafik perubahan pH
perlakuan eceng gondok
Gambar 2. Grafik perubahan pH
perlakuan kangkung air
Gambar 3. Grafik perubahan pH
perlakuan selada air
Gambar
4. Grafik perubahan pH perlakuan kiambang
Gambar 5. Grafik perubahan pH kontrol
Gambar 6. Grafik perubahan DO
perlakuan eceng gondok
Gambar 7. Grafik perubahan DO
perlakuan kangkung air
Gambar 7. Grafik perubahan DO
perlakuan kangkung air
Gambar 8. Grafik perubahan DO
perlakuan selada air
Gambar 9. Grafik perubahan DO
perlakuan kiambang
Gambar 10. Grafik perubahan DO kontrol
Gambar 11. Grafik perubahan CO2 perlakuan
eceng gondok
Gambar 12. Grafik perubahan CO2 perlakuan
kangkung air
Grafik 13. Grafik perubahan CO2 perlakuan
selada air
Gambar 14. Grafik perubahan CO2 perlakuan
kiambang
Gambar 15. Grafik perubahan CO2 perlakuan
kontrol
Gambar 16. Grafik perubahan TAN
perlakuan eceng gondok
Gambar 17. Grafik perubahan TAN perlakuan
kangkung air
Gambar 18. Grafik perubahan TAN
perlakuan selada air
Gambar 19. Grafik perubahan TAN
perlakuan kiambang
Gambar 20. Grafik perubahan TAN
perlakuan kontrol
Gambar 21. Grafik perubahan nitrit
perlakuan eceng gondok
Gambar 22. Grafik perubahan nitrit
perlakuan kangkung air
Gambar 23. Grafik perubabahan nitrit
perlakuan selada air
Gambar 24. Grafik perubahan nitrit
perlakuan kiambang
Gambar 25. Grafik perubahan nitrit
perlakuan kontrol
Gambar 26. Grafik perubahan nitrat perlakuan
eceng gondok
Gambar 27. Grafik perubahan nitrat
perlakuan kangkung air
Gambar 28. Grafik perubahan nitrat perlakuan selada air
Gambar 29. Grafik perubahan nitrat
perlakuan kiambang
Gambar 30. Grafik perubahan nitrat kontrol
VI. Pembahasan
Filtrasi dengan tanaman bisa dikatakan
cukup efektif untuk mereduksi buangan beracun yang dihasilkan dari kegiatan
budidaya. Penggunaan tanaman dalam kegiatan ini sangat bermanfaat karena ramah
lingkungan, mudah, dan juga bisa menghasilkan tanaman yang berkualitas baik
karena nutrisi terpenuhi dari bahan-bahan organik terlarut hasil buangan ikan.
Oleh karena itu, selain berfungsi dalam mereduksi limbah yang bersifat beracun
juga bermanfaat sebagai nutrient bagi tanaman sehingga tanaman tersebut juga
bisa diprouduksi dalam skala yang besar dan menghasilkan keuntungan.
Prinsip yang digunakan oleh tanaman
dalam meremediasi lingkungan yang tercemar adalah dengan mengubah senyawa
beracun yang berbahaya bagi lingkungan menjadi senyawa yang lebih aman dan
dapat digunakan dalam kegiatan fotosintesis (Anonim 2007). Seperti juga yang
dikemukakan oleh Stowell (2000) dalam
Yusuf (2008) yang menyatakan bahwa tanaman air memiliki kemampuan secara umum
untuk menetralisir komponen-komponen tertentu diperairan, dan hal tersebut
sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair.
Tanaman yang digunakan adalah jenis
tanaman air yang bisa mereduksi limbah di perairan seperti eceng gondok, selada
air, kiapu dan kangkung air . Eceng
gondok termasuk family Pontederiaceae. Tanaman ini hidup di daerah tropis
sampai subtropis. Tempat tumbuh yang ideal bagi tanaman ini adalah perairan
yang dankal dan berair keruh, dengan suhu berkisar antara 28-30°C dan pH antara 4-12 (Gerbono dan
Djarijah, 2005). Selada air banyak tumbuh di aliran sungai kecil, kolam, atau
bahkan rawa memiliki batang yang menjalar dengan daun agak bulat berdiameter
1,5-3 cm (Haryanto et al., 2007).
Pemeliharaan selada air sangat mudah, hanya dengan penjarangan tanaman dan
menjaga kontinuitas serta kualitas pasokan air (Admin5, 2011). Kangkung air berdaun
panjang dengan ujung daun agak tumpul. Daun berwarna hijau kelam. Bunganya
berwarna putih kekuning-kuningan dan ungu (Haryoto, 2002).
Ikan
mas merupakan salah satu spesies yang cocok untuk dibudidayakan dengan system
filtrasi menggunakan tanaman. Ikan mas dalam siklus reproduksinya termasuk
jenis ikan yang membutuhkan rangsangan lingkungan untuk bisa melakukan
pemijahan diantaranya dengan adanya tanaman air. Hal ini dikarenakan ikan mas
memerlukan sarang dan substrat untuk untuk perlekatan telur (Suhandoyo 2007).
Proses pengolahan limbah cair dalam
kolam yang menggunakan tanaman air terjadi proses penyaringan dan penyerapan
oleh akar dan batang tanaman air, proses pertukaran dan penyerapan ion, dan
tanaman air juga berperan dalam menstabilkan pengaruh iklim, angin, cahaya
matahari dan suhu (Reed 2005). Oleh karena itu alasan buruknya kualitas air
yang dihasilkan dari perlakuan dengan tanaman selada air baik dari nilai TAN,
nitrit maupun nitrat karena akar dan batang tanaman tersebut busuk sehingga
tidak mampu meyerap dan menyaring limbah.
Senyawa nitrit berlebih akan
menyebabkan menurunnya kemampuan darah untuk mengikat oksigen, karena nitrit
akan bereaksi lebih kuat dengan hemoglobin yang mengakibatkan tingkat kematian
ikan tinggi (Hendrawati 2007). Kadar nitrit semua perlakuan tanaman semakin
meningkat dan melebihi kadar nitrit yang diperbolehkan disuatu perairan yaitu
hingga mencapai nilai 12 pada tanaman kangkung dan kiambang dan 9 mg/l pada
tanaman selada air. Sedangkan standar baku mutu nitrit
di suatu perairan agar tidak meracuni ikan adalah 0,06 mg/l (Hendrawati 2007).
Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di
perairan dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga serta
sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil (Bahri 2006 dalam hendrawati 2007). Jika kadar
nitrat dalam percobaan ini masih tinggi berarti sifat tanaman yang seharusnya
memanfaatkan nitrat sebagai nutrient utamanya tidak berfungsi dengan baik. Hal
ini juga bisa menjelaskan kenapa semua parameter yang diamati tidak menampakkan
hasil yang baik seperti yang seharusnya.
Begitu juga akan berpengaruh terhadap
kandungan oksigen terlarut yang rendah akibat proses fotosintesis tidak
berjalan sehingga tidak ada oksigen yang dihasilkan sedangkan ikan tetap
memerlukan oksigen terlarut untuk kebutuhan metabolisme tubuhnya. Namun, dalam
perlakuan filtrasi dengan tanaman ini didapatkan kandungan oksigen terlarut
berkisar antar 5 – 10 ml/g. Nilai ini masih berada dalam kisaran normal untuk
kegiatan budidaya seperti yang dikemukakan oleh Jenie
dan Rahayu (1993) dengan kadar kadar oksigen terlarut 3.00 – 5.00 ml/g.
Kadar CO2 terukur
didapatkan nilai yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 17 – 143 ml/g. Dengan
tingginya kadar CO2 tersebut mengindikasikan bahwa bioremediasi
dengan tanaman tersebut tidak berhasil dalam mereduksi kadar CO2. Kondisi
ini juga tidak baik bagi ikan karena apabila kadar CO2 melebihi 20 mg/l dapat menyebabkan toksik (Yusuf 2008).
Sedangkan efek yang diberikan tanaman terhadap pH yaitu berkisar antara 7 – 9.
Nilai ini masih dalam kondisi yang normal karena pH yang dibutuhkan untuk
kehidupan biota baik tumbuhan maupun hewan air untuk bisa menjalani aktivitas
secara normal yaitu berkisar antara 6 – 9 (Yusuf 2008). Berdasarkan
kisaran nilai yang didapat pada pengukuran parameter tersebut dapat dipastikan
bioremediasi dengan menggunakan tanaman air tidak efektif untuk budidaya.
VII. Kesimpulan
Bioremediasi dengan menggunakan tanaman yang
digunakan dalam system pengolahan limbah budidaya pada percobaan ini tidak
menampakkan hasil yang baik karena kisaran nilai CO2 yang sangat
tinggi melebihi kadar yang diperbolehkan bagi biota akuatik bahkan bisa
menyebabkan toksik dan mematikan bagi ikan. Selain itu tingginya kadar TAN,
nitrit dan nitrat juga menunjukkan bahwa tanaman air dalam hal ini eceng
gondok, kangkung air, selada air dan kiambang tidak bersifat mendegredasi
limbah untuk dijadikan nutrien penting dalam proses fotosintesis. Hal ini
dimungkinkan kondisi akar dan batang yang berfungsi sebagai penyerap nutrien
busuk sehingga tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik.
VIII. Ucapan Terima Kasih
Puji
dan syukur terpanjatkan kepada Allah SWT
dan Nabi Muhammas SAW yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya
serta telah membuktikan kebesaran-Nya. Berkat jawaban doa dari-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan sebaik baiknya. Sebagai rasa syukur kepada Allah
SWT, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, terima kasih juga kepada kakak-kakak asisten yang telah membantu dalam praktikum,
kepada rekan satu tim yang telah berusaha untuk kelancaran praktikum
ini, penanggung jawab praktikum yang telah disibukkan untuk memberikan
informasi dan semua pihak yang membantu untuk menyelesaikan laporan dengan
sebaik-baiknya.
Daftar Pustaka
Anonim1, 2007. Bioremediasi senyawa karbon
aromatik. faperta.ugm.ac.id/newbie/mikro/irfan_dp/.../BioremSenyPolutan.ppt
Anonim2. 2011. Selada Air,
Sekali Tanam Panen Tahunan. http://www.trubus-online.co.id/trindo7/index.php?option=com_content&view=article&id=5062:selada-air-sekali-tanam-panen-tahunan&catid=146:blog&Itemid=687. [13 November 2011].
Gerbono Anton dan Djarijah Abbas
Siregar. 2005. Kerajinan Eceng Gondok. Kanisius : Yogyakarta.
Haryanto Eko et al.. 2007. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya : Jakarta.
Haryoto. 2002. Bertanam Kangkung
Raksasa di Pekarangan. Kanisius : Yogyakarta.
Hendrawati,
Prihadi, T.H., Rohmah, N.N., 2007. Analisis kadar phosfat dan N-Nitrogen
(amonia, nitrat, nitrit) pada tambak air payau akibat rembesan lumpur lapindo
di Sidoarjo, Jawa Timur. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan.
Jenie,
B.S.L. dan Rahayu W.P. 1993. Penanganan Limbah industry pangan, penerbit
kanisius, Yogyakarta
Reed,
S.C., E.J. Midlebrooks and R.W Crites. 2005. Natural system of waste management
and treatment McGraw Hill Book Company, New York.
Suhandoyo,
2007. Aplikasi teknologi induksi untuk meningkatkan efisiensi reproduksi ikan
budidaya. Jurnal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia edisi 9618
Yusuf, G.,
2008. Bioremediasi limbah rumah tangga dengan system simulasi tanaman air.
Jurnal bumi lestari, vol. 8 No. 2, Agustus 2008. Hal. 136-144
Langganan:
Postingan (Atom)