Minggu, 18 Desember 2011

Pembenihan Ikan bawal Bintang (Tracinotus blochii)

ikan bawal bintang (tracinotus blochii)
 Pada saat ini sektor perikananan budidaya Indonesia dihadirkan lagi oleh suatu komoditas yang cukup potensial untuk dikembangkan. Jenis ikan ini mudah dipelihara dan dikembangkan selain itu juga mulai diminati masyarakat. Komoditas ini adalah Trachinotus blochii atau yang lebih dikenal dengan nama Bawal Bintang dan merupakan jenis ikan pelagis dan tergolong sangat aktif karena selalu berenang berputar-putar di permukaan. Pada dasarnya ikan Bawal Bintang memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi dan mudah untuk dibudidayakan.
Bawal bintang merupakan ikan introduksi dari Taiwan dan memiliki prospek yang cukup bagus di kawasan Asia Pasifik dengan harga yang cukup tinggi. Sebenarnya di Taiwan Bawal Bintang sudah berkembang baik di tingkat pembenihan maupun budidayanya. Namun di Indonesia Bawal Bintang adalah komoditas yang masih dapat dibudidayakan di tingkat Keramba Jaring Apung (KJA) dimana benih yang diperoleh didatangkan dari usaha pembenihan di Taiwan.

Sabtu, 17 Desember 2011



GAMBARAN DARAH IKAN LELE


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Darah dianggap sebagai jaringan khusus yang menjalani sirkulasi, terdiri dari sel-sel yang terendam dalam plasma darah. Aliran dalam seluruh tubuh menjamin lingkungan yang tetap, agar semua jaringan sel mampu melaksanakan fungsinya. Kemudian, darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Peran penting darah di dalam tubuh yaitu sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, sebagai pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh, ataupun sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida

Selasa, 06 Desember 2011

Togo Concong Luar


TOGO CONCONG LUAR

1. Definisi dan Klasifikasi
            Togo concong luar adalah alat penangkap ikan berbentuk kerucut terbuat dari jaring, dalam pemasangannya disusun bolak-balik menghadap datangnya arus. Togo concong luar diklasifikasikan ke dalam kelompok perangkap dan penghadang (Subani dan Barus 1989).

2. Konstruksi Alat Penangkap Ikan
            Togo concong luar terdiri dari tiang-tiang pancang (merupakan kaki atau sayap) yang disusun berderet-deret dengan tiap deret (unit) terdiri dari 10-22 buah dan cara pemasangannya dibolak-balik menghadap arah datangnya arus. Jajaran tiang-tiang pancang dipasang membentuk bangunan huruf V, yaitu semakin melebar pada bagian ujung luar dan mengecil pada ujung dimana ditempatkan jaring togo concong luar (Subani dan Barus 1989).

Bubu Udang


BUBU UDANG

1. Definisi dan Klasifikasi
            Udang termasuk kedalam binatang yang aktif makan pada malam hari, Bubu udang termasuk kedalam klasifikasi alat tangkap perangkap (traps) (Martasuganda, 2003).

2. Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
            Konstruksi untuk bubu udang diusahakan supaya bubu bisa stabil diperairan dan pintu masuk diusahakan serendah mungkin untuk memudahkan udang memasuki bubu. Rangka bubu keseluruhannya memakai rangka dari besi 0,8 cm, badan jaring memakai jaring sintetis multifilamen dengan mesh size 0,5 inch dan kantung umpan memakan bahan kawat kasa. Ukuran bubu ke arah panjang 100 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. ukuran pintu masuk panjang 25 – 30 cm, lebar 20 cm dan tinggi 10 – 12 cm atau ukuran pintu disesuaikan dengan besar kecilnya udang yang ada di daerah penangkapan (Martasuganda, 2003).

Bubu Keong Macan


BUBU KEONG MACAN

1. Definisi dan Klasifikasi
            Keong macan yang banyak hidup diperairan pantai bisa ditangkap dengan menggunakan alat tangkap yag disebut dengan bubu keong macan. Bubu keong macan merupakan alat tangkap yang berbentuk prisma segi empat yang terpancung di dasar perairan, dengan bagian pintu masuk berada diatas dan ukurannya terkecil dibandingkan dengan bubu lainnya (Putra, 2007). Bubu keong macan termasuk kedalam klasifikasi alat tangkap perangkap (traps) (Martasuganda, 2003).

Rabu, 23 November 2011

Teduhnya Siang ku

waktu terus bergulir, matahari semakin merangkak mendekati garis vertikal cakrawala. suasana terik semakin membuat kulit serasa digigit. aku melangkahkan kaki mencari keteduhan. tidak jauh dari tempatku mematung, sekitar 200 meter dari sudut bangunan terdapat ruangan kecil dengan ukuran 4 x 4 meter, di depannya berdiri bangunan berbentuk segitiga yang disebut tempat kuliah. ruangan tersebut bersebelahan dengan ruang dosen dari mata kuliah fisiologi hewan air, cukup nyaman jika dijadikan sebagai tempat melepas lelah. akhirnya, dengan senyum merekah ku langkahkan kaki ku menuju ruangan itu. sambil terseok ku terus berjalan, beban berat akibat isi dalam ranselku belum mau turun. cukup 5 menit aku sampai ditempat yang ku tuju.  lima menit menunggu, tidak ada tanda-tanda orang di dalamnya. kuberanikan diri untuk mendorong lempengan besi yang menjadi pusat keluar masuknya penghuni, pintu itu berderit manis seakan menyambutku dengan ramah. mataku menyebar keseluruh penjuru, menyapu setiap benda yang memantulkan warna. kertas dengan warna pelangi berserakan seakan berebut tempat untuk lebih dulu mana yang akan ku sentuh. hah,,,ruangan ini begitu menyejukanku. walaupun secara sadar, orang akan mengamatakan ini adalah gudang.

Jumat, 18 November 2011

Rekayasa Set Kromosom

REKAYASA SET KROMOSOM : GINOGENESIS DAN POLIPLOIDISASI

Ita Apriani
Budidaya Perairan-IPB



ABSTRAK

Rekayasa genetika dengan melakukan manipulasi set kromosom merupakan salah satu kegiataan penting dalam pembenihan ikan. Ginogenesis dan poliploidisasi adalah perlakuan yang dapat dilakukan dalam memanipulasi set kromosom. Ginogenesis adalah suatu proses penurunan sifat meternal secara total melalui perkembangan telur tanpa kontribusi sperma secara genetik untuk embrio. Ginogenesis merupakan suatu bentuk rekayasa genetik yang menonaktifkan materi genetik sperma dan merangsang diploidisasi untuk terbentuknya zigot. Sedangkan dalam perlakuan poliploidisasi, proses awal pembelahan sel pada telur yang telah dibuahi dihambat dengan menggunakan perlakuan fisik atau kimia. Salah satu tujuan utama dalam poliploidisasi adalah untuk menghasilkan individu triploid yang steril karena jumlah set kromososm yang ganjil akan menghambat pembelahan meiosis sehingga perkembangan gonad akan terhambat. Hasil praktikum ginogenesis dan poliploidisasi mati semua sehingga dapat dikatakan gagal dalam penetasan telur. Rendahnya derajat penetasan telur dapat diakibatkan oleh pengaruh perlakuan kejutan suhu panas yang diberikan pada telur. Besar dan lamanya pemberian suhu kejutan merupakan faktor penentu keberhasilan perlakuan ini. Keberhasilan poliploidisasi melalui perlakuan kejutan suhu sangat dipengaruhi oleh suhu kejutan, waktu kejutan dan lama kejutan.

Kamis, 17 November 2011

Sistem Pencernaan


Sistem Pencernaan
oleh : Ita Apriani


gambar 1. digram alur pokok pikiran bentuk piramida
           
            Pencernaan proses memecah senyawa kompleks menjadi lebih sederhana sehingga mudah diserap oleh tubuh. Pencernaan biasanya dibagi menjadi aktivitas mekanik dan kimia. Kebanyakan hewan vertebrata, pencernaan adalah suatu proses bertingkat setelah ingesti dari bahan mentah. Proses pencernaan ini berlangsung pada saluran pencernaan dan untuk berlangsungnya proses pencernaan ini dibutuhkan cairan digestif (enzim, HCl, bikarbonat, air dan lain-lain) dan energi. Selama proses ini, perubahan sifat dan bentuk zat makanan terjadi karena berbagi enzim yang terkandung dari berbagai cairan pencerna. Dimana setiap enzim mempunyai tugas khusus untuk menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya.  Pentingnya proses pencernaan ini berkaitan dengan penyederhanaan zat makanan oleh enzim dan proses fisiologis yang terjadi pemahaman terhadap proses ini dibutuhkan, apalagi jika dihubungkan dengan kegiatan budidaya perikanan.

Pesona Bogor Tidak Pernah Pudar



Bogor Mempesona

       Dulu bernama Buitenzorg, sekarang, lebih dikenal dengan julukan Kota Hujan. Kota di mana saya menghabiskan sebagian masa kecil ini telah banyak berubah. Yang pasti, bertambah panas dan macet di setiap akhir pekan.

         Jika dulu Bogor dikenal dengan tauge goreng dan mie yunsin, kini pilihan camilan atau makanan sebagai oleh-olehnya pun semakin banyak. Mulai dari asinan, roti unyil, pie sampai makaroni skotel. Walau banyak yang sudah berubah, masih banyak peninggalan Belanda yang masih terjaga apik. Saat seharian menjelajah Bogor, saya masih bisa menikmati perpaduan antara masa lalu dan sekarang.
Transportasi menuju Bogor yang paling nyaman adalah menggunakan kereta dan sekarang telah berubah menjadi komuter. Dari stasiun kereta, lokasi wajib dilihat yang terdekat adalah Istana Bogordi jalan Ir. H. Juanda.

Istana ini merupakan tempat peristirahatan presiden namun kini hanya digunakan untuk kegiatan khusus pemerintahan. Jika ingin melihat ke dalam istana, istana dibuka untuk umum pada perayaan hari ulang tahun Bogor sekitar bulan Juni. Ada sekitar 450 koleksi lukisan dan 360 patung yang menjadi dekorasi Istana seluas hampir dua hektar ini.

Probiotik Dalam Akuakultur


Probiotik dalam Akuakultur
Oleh :
Ita Apriani, Cahya Lestari, Reza Akbar Santoso, Wuri Widhawati, galih Abdul FG.


            Pada awalnya, penggunaan probiotik hanya diaplikasikan pada manusia dan hewan ternak yang diberikan sebagai suplemen dalam makanan. Namun pada akhir tahun 1980 muncul publikasi pertama mengenai kontrol biologi dalam akuakultur, dan sejak itu penelitian tentang probiotik dalam akuakultur terus meningkat (Verschuere et al. 2000).
            Probiotik terdiri dari dua kata yaitu, pro yang berarti mendukung (lawan katanya anti yang berarti melawan) dan biotik yang berarti lingkungan hidup. Bisa disimpulkan, probiotik adalah mikroorganisme hidup yang sengaja diberikan dengan harapan memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan inang. Selain itu probiotik diartikan sebagai mikroorganisme hidup yang apabila dikonsumsi oleh inangnya (ternak, ikan, maupun manusia) akan memberikan pengaruh menguntungkan baginya dengan memperbaiki lingkungan mikrobiota yang ada dalam sistem pencernaan (Fuuler 1989 dalam Verschuere et al. 2000).
            Probiotik dalam akuakultur menurut Moriarty (1999) meliputi penambahan bakteri ke dalam tangki dan kolam dimana hewan air hidup, karena bakteri tersebut memodifikasi komposisi bakteri dalam  air dan sedimen. Selanjutnya Verschuere et al. (2000) menambahkan penjelasan bahwa pada hewan akuatik, selain saluran pencernaan, air di sekeliling organisme tersebut juga memegang peranan penting, Sehingga probiotik untuk hewan akuatik adalah agen mikro hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan pada inang dengan memodifikasi komunitas mikroba atau berasosiasi dengan inang, menjamin perbaikan dalam penggunaan pakan atau memperbaiki nilai nutrisinya, memperbaiki respon inang terhadap penyakit atau memperbaiki respon inang terhadap penyakit atau memperbaiki kualitas lingkungan ambangnya.
            Probiotik dalam media budidaya perikanan, berfungsi sebagai pengatur kondisi mikrobiologi di air atau sedimen, membantu mengatur atau memperbaiki kualitas air, meningkatkan keragaman mikroorganisme dalam air atau sedimen serta meningkatkan kesehatan ikan dengan menghambat efek bakteri patogen. Bakteri probiotik dapat meningkatkan kesehatan ikan dan memperbaiki kualitas air serta digunakan sebagai pakan tambahan sehingga dapat memacu pertumbuhan dan mencegah terjadinya serangan penyakit. Bakteri probiotik apabila masuk kedalam tubuh ikan, udang dan moluska akan berfungsi sebagai immunostimulan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap bakteri patogen (Susanto et al. 2005).
            Penggunaan probiotik dapat dikategorikan sebagai agensia pengendalian biologis (biological control) karena perannya dalam membatasi atau membunuh hama dan penyakit. Dalam akuakultur, sebagai pengendalian biologis melalui makanan, probiotik juga berperan dalam peningkatan kualitas air media pemeliharaan ikan. Biokontrol digambarkan sebagai penggunaan musuh alami untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh organisme merugikan sampai batas yang dapat ditoleransi (Debach dan Rosen 1991 dalam Gomez-Gill 2000) atau lebih tepatnya, kontrol atau pengendalian populasi yang merusak dengan menggunakan musuh alami (Smith 1991 dalam Gomez-Gill 2000).     
            Probiotik sebagai agen pengurai (bioremediasi) merupakan kelompok bakteri menguntungkan seperti Nitrosomonas, Cellumonas, Bacillus sp, dan Nitrobacter. Dalam usaha budidaya perikanan dapat digunakan baik secara langsung dengan ditebarkan ke dalam air atau melalui perantara makanan (Khasani 2007). Menurut Ali (2000) bahwa penggunaan probiotik ke dalam air pemeliharaan ikan dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap kesehatan ikan karena probiotik tersebut akan mengubah komposisi bakteri di dalam air dan sedimen sehingga dapat memperbaiki beberapa parameter kualitas air dan meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan.
            Menurut Verschuere et al. (2000) mekanisme kerja probiotik meliputi (1) Produksi senyawa inhibitor, (2) Kompetisi untuk senyawa atau sumber energi yang tersedia (3) perbaikan kualitas air, (4) sumber makro dan mikro nutrient (5) kontribusi enzim untuk pencernaan. Sedangkan menurut Fuller (1992) faktor yang mempengaruhi respon inang terhadap probiotik antara lain: komposisi mikroflora inang, dosis yang digunakan, umur dan spesies atau strain hewan inang, dan kualitas probiotik.
            Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan probiotik dengan pengaruh positif yang optimal bagi inangnya menurut Shortt (1999) meliputi (1) Spesies bakteri probiotik merupakan mikroflora normal usus sehingga bakteri tersebut lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan usus. (2) Tidak bersifat patogen. (3) Memiliki kemampuan untuk menempel dan mengkolonisasi sel usus.
(4) Memiliki aktivitas antagonistik terhadap mikroba patogen enterik. (5) Terbukti memiliki pengaruh yang menguntungkan pada kesehatan. (6) Bakteri probiotik diharapkan memiliki jumlah sel hidup yang besar (106 sampai 109).
            Beberapa penelitian mengenai bakteri probiotik dengan menggunakan berbagai dosis telah banyak dilakukan baik melalui pakan maupun ke media pemeliharaan. Nikoskelainen et al. (2001) menggunakan probiotik Lactobacillus rhamnosus dengan dosis 109 CFU/g pakan dan 1012 CFU/g pakan untuk menanggulangi Furunculosis pada ikan rainbow trout (Onchoryncus mykiss), kelangsungan hidup tertinggi justru diperoleh pada perlakuan probiotik dengan dosis 109 CFU/ml. Malau (2003) dalam penelitiannya juga menggunakan bakteri SKT-b dan BL542 serta kombinasi keduanya menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup larva udang windu yang tertinggi  pada perlakuan yang diberi bakteri SKT-b (90 %) dengan konsentrasi 106 CFU/ml dan diinfeksi Vibrio harveyi  setelah 6 jam dengan konsentrasi 103 CFU/ml.
            Rahmadiarti (2009) menunjukkan bahwa pada benih ikan nila dengan kepadatan 40 ekor/200L dan bobot rata-rata 5 gram/ekor menunjukan bahwa penggunaan probiotik Epicin Pond Direct dengan dosis 3 mg/L memberikan pengaruh tertinggi dengan 1,92% untuk laju pertumbuhan dan 51,53% untuk efisiensi pemberian pakan.

Rabu, 16 November 2011

Phytobioremidiasi


BIOREMEDIASI DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN AIR SEBAGAI SOLUSI DALAM MENGATASI PERMASALAHAN LIMBAH BUDIDAYA YANG EFEKTIF DAN EFISIEN

Hosnol Hotimah, Hamelia Priliska, Ita Apriani, Riska Nurkarina, Mita Istifarini, Doni Nurdiansyah, Galih Abdul Fatah
Departemen Budidaya Perairan
Institut Pertanian Bogor


ABSTRAK
Bioremediation is the process to change dangerous polluting compounds into other compounds that are safer by use organisms. Plants considered to be effective in performing the function of the environmental remediation of contaminated waste properly. Therefore, water hyacinth, water spinach, watercress, and kiambang as water plants used for bioremediation process. However, the result obtained are different than previously thought because the water quality parameters measured were bad. The range of CO2 values ​​are very high, especially on a fifth day treatment of watercress (143.825 mg / l) exceeded the permissible levels for aquatic organisms ,even cause toxic and lethal for fish. Additionally, high levels of TAN (up to 2,061 mg/l) in spinach, nitrite (up to 12,985 mg/l) in kiambang, and nitrate (up to 2,392 mg/l) also showed that plants in this case are water hyacinth, water spinach, watercress, and kiambang do nothing in principle of photosinthetis that used to be essential nutrients in the process.
Kata kunci : Bioremediation, photosynthesis, water quality



I.          Pendahuluan
Pencemaran air makin banyak teerjadi, bahan pencemar yang masuk ke lingkungan perairan pun makin banyak jenisnya. Tidak hanya dari minyak, limbah pabrik, sampah rumah tangga tetapi juga limbah perikanan budidaya yang ramai dbicarakan Kebanyakan sistem budidaya intensif banyak merugikan lingkungan perairan. Treatmen umumnya dilakukan untuk air yang akan digunakan untuk kegiatan  budidaya. Belum banyak perhatian dan upaya mengenai pengelolaan mengenai air sisa budidaya ini. Jelas hal ini yang mendasari adanya penolakan-penolakan dan opini masyrakat terhadap pro dan kontra terhadap kegiatan budidaya ini.
                Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan treatmen terhadapa air buangan sebelumm dialirkan ke perairan umum seperti sungai dan laut. Penggunaan bahan kimia pun telah banyak dilakukan untuk memperbaiki kualitas air. Namun, permasalahan kembali muncul yaitu kekhawatiran masyarakat terhadap penggunaan bahan  kimia.
                Beralih dari reduksi penggunaan bahan kimia, pengetahuan mengenai pemanfaatan makhluk hidup dalam merehabilitas lingkungan yang sering dikenal bioremediasi pun dilirik. Bioremediasi adalah proses mengubah senyawa pencemar yang berbahaya menjadi senyawa lain yang lebih aman dengan memanfaatkan organisme (Anonim 2007).
Selain itu keunggulan dari bioremediasi ini adalah lebih murah karena bisa dilakukan secara in-situ sehingga mengurangi biaya pengangkutan, prosesnya alami, mengubah molekul senyawa pencemar bukan hanya memindahkan (Yusuf 2008). Bioremediasi dengan menggunakan tanaman dikenal sebagai fitoremediasi.
Seperti yang dikemukakan oleh Stowell (2000) dalam Yusuf (2008) yang menyatakan bahwa tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu diperairan, dan hal tersebut sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair.
Tanaman diketahui untuk hidupnya memerlukan nutrisi berupa kadar Nitrogen. Dengan pengetahuan itu diujikan pengaruh tanaman dalam menyerap kandungan air limbah perikanan budidaya yang kaya akan unsur N2..  Pemanfaatan tanaman yang dapat hidup dengan kadar air tinggi dilakukan untuk melihat keefktifan dan keefisienannya.

II.        Metodologi
2.1   Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Alat Vandorn,  botol sampel, turbidimeter, Spektrofotometer, pH meter, termometer, biuret, gelas ukur, gelas piala 250 ml, DO meter, erlenmeyer, pipet tetes, bulb, dan pipet serologis. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air sampel kolam, larutan Sulfamic acid, larutan MnSO4, larutan NaOH, larutan NaOH pekat, larutan KI, larutan H2SO4 Pekat, larutan Na tiosulfat, larutan PP, KMnSO4, larutan  HCl, larutan ind EBT, larutan Na EDTA, larutan Cholorx, Brucine, larutan Phenat, dan aquades.

2.2     Metode
Akuarium yang berukuran 60x40x40 cm sebanyak 4 buah dan perlengkapan aerator disiapkan terlebih dahulu. Tanaman air yang akan dipakai (kayambang, eceng gondok, selada air, dan kangkung air) dibersihkan dahulu sebelum dimasukkan ke dalam akuarium. Air dimasukkan ke dalam akuarium sebanyak ¾ dari tinggi akuarium yang bersumber dari kolam percobaan pemeliharaan ikan nila, kemudian aerator dimasukkan ke dalam akuarium beserta tanaman yang telah dibersihkan. Besok hari ikan mas sebanyak 10 ekor baru dimasukkan ke dalam akuarium. Sampel diambil pada hari ke 0, 5, dan 10. hasil
3.3.1 TAN
Air sampel dipipet sebanyak 25 ml, kemudian ditambahkan 1 tetes MnSO4, 0.5 ml chlorox dan 0.6 phenate. Phenate ditambahkan dengan segera dengan menggunakan pipet tetes yang sudah dikalibrasi, kemudian didiamkan ± 15 menit, sampai pembentukan warna stabil.
Larutan blanko dibuat dari 10 ml akuades, selanjutnya dilakukan prosedur seperti pada proses sebelumnya. Begitu pula dengan larutan standar yang dibuat dari 10 ml larutan standar ammonia. Pengukuran blanko pada panjang gelombang 630 nm dengan spektrofotometer pada absorbance 0 (Transmittance 100%), kemudian dilanjutkan dengan pengukuran sampel dan larutan standar.
Konsentrasi TAN dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
III.               
Keterangan:
Cat                : konsentrasi larutan standar (0.3 mg/l)
Aaat             : nilai absorbance larutan standar
Aa                 : nilai absorbance air sampel
Konsentrasi faktor yang terukur tersebut dinyatakan dalam kadar nitrogen (N) yang terdapat dalam ammonia (NH3). Untuk mengetahui konsentrasi ammonia yang dinyatakan dalam mg NH3/L, nilai TAN di atas dikalikan dengan actor seperti pada persamaan berikut:
IV.               
Keterangan:
BM         : berat molekul
BA          : berat atom
3.3.2 Nitrat
Diambil sampel sebanyak 5 ml, lalu ditambahkan 0.5 ml brucine. Kemudian ditambahkan 5 ml H2S04 pekat. Setelah itu didiamkan dan dilakukan spektrofotometer dengan gelombang 410 nm. Langkah dalam pembuatan standar, yaitu diambil 5 ml NO3 dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Setelah itu ditambah akuades sebnyak 100 ml serta dikocok hingga rata. Kemudian diambil 25 ml serta ditetesi dengan 0.5 brucine, dan 5 ml H2SO4 didiamkan dan dispektro dengan gelombang 410 nm. Untuk blanko, pertama ­­diambil akuades sebanyak 25 ml, kemudian ditetesi dengan 0.5 brucine, dan 5 ml H2SO4.
3.3.3 Nitrit
Diambil sampel sebanyak 25 ml, dimasukkan ke dalam baker glass, lalu ditambahkan 0.5 ml sulfamic acid. Kemudian diamkan selama 3 menit, lalu ditambahkan 0,5 ml naftilamin. Setelah itu didiamkan selama 10 menit dan dilakukan spektrofotometer dengan gelombang 520 nm.

V.        Hasil
Berdasarkan hasil pengukuran parameter kualitas air berbagai jenis perlakuan bioremediasi dengan tanaman didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pengukuran parameter pH, DO, CO2, TAN, Nitrit dan Nitrat pada perlakuan bioremediasi dengan beberapa jenis tanaman
Perlakuan
Hari ke-
pH
DO
CO2
TAN
Nitrit
Nitrat
Eceng gondok
0
9,475
5,850
24,538
0,128
0,172
0,369
3
7,275
8,350
23,971
0,010
0,070
0,324
5
7,1
5,250
27,966
0,114
0,007
0,443
7
8,045
6,150
39,952
0,870
0,672
0,059
9
7,185
10,750
47,942
2,045
6,496
1,460
Kangkung air
0
9,475
5,850
24,538
0,128
0,172
0,369
3
8,165
6,300
23,971
0,324
0,308
0,192
5
7,645
8,800
35,957
0,416
0,237
0,366
7
8,245
8,000
17,979
0,214
0,813
0,094
9
7,74
10,750
27,937
2,061
12,006
1,770
Selada air
0
9,475
5,850
24,538
0,128
0,172
0,369
3
7,855
7,550
59,931
0,553
0,725
0,236
5
7,84
5,150
55,933
1,947
1,061
0,202
7
8,275
6,700
39,952
1,604
1,084
0,164
9
8,22
6,200
143,825
1,175
9,788
2,392
Kiambang
0
9,475
5,850
24,538
0,128
0,172
0,369
3
7,35
4,850
11,986
0,019
0,094
1,195
5
7,2
7,210
21,974
0,334
0,200
0,481
7
7,76
8,600
27,967
0,141
0,722
0,082
9
7,24
5,800
37,955
1,683
12,985
1,337
Kontrol
0
9,475
5,850
24,53
0,128
0,172
0,369
3
8,205
8,350
13,984
0,481
0,231
0,116
5
8,055
9,450
17,979
0,205
0,126
0,125
7
7,785
10,235
31,105
0,098
0,772
0,069
9
7,5
7,050
43,731
0,406
13,437
3,831


Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa tanaman selada air memiliki kualitas air yang paling buruk karena kadar CO2 terukur mencapai 143,825 mg/l dan jika dibandingkan dengan kontrol, masih lebih baik kualitas air pada perlakuan kontrol. Begitu juga dengan nilai nitirit pada semua perlakuan rata-rata tinggi, hingga 12,985 mg/l yaitu pada tanaman kiambang. Sedangkan untuk kadar TAN tertinggi didapat pada tanaman eceng gondok yaitu sebesar 2,045 mg/l. Dan untuk kadar nitrat tertinggi pada tanaman selada air yaitu sebesar 2,392 mg/l.
Perlakuan
Hari ke-
pH
DO
CO2
TAN
Nitrit
Nitrat
Eceng gondok
0
9,475
5,850
24,538
0,128
0,172
0,369
3
7,275
8,350
23,971
0,010
0,070
0,324
5
7,1
5,250
27,966
0,114
0,007
0,443
7
8,045
6,150
39,952
0,870
0,672
0,059
9
7,185
10,750
47,942
2,045
6,496
1,460
Kangkung air
0
9,475
5,850
24,538
0,128
0,172
0,369
3
8,165
6,300
23,971
0,324
0,308
0,192
5
7,645
8,800
35,957
0,416
0,237
0,366
7
8,245
8,000
17,979
0,214
0,813
0,094
9
7,74
10,750
27,937
2,061
12,006
1,770
Selada air
0
9,475
5,850
24,538
0,128
0,172
0,369
3
7,855
7,550
59,931
0,553
0,725
0,236
5
7,84
5,150
55,933
1,947
1,061
0,202
7
8,275
6,700
39,952
1,604
1,084
0,164
9
8,22
6,200
143,825
1,175
9,788
2,392
Kiambang
0
9,475
5,850
24,538
0,128
0,172
0,369
3
7,35
4,850
11,986
0,019
0,094
1,195
5
7,2
7,210
21,974
0,334
0,200
0,481
7
7,76
8,600
27,967
0,141
0,722
0,082
9
7,24
5,800
37,955
1,683
12,985
1,337
Kontrol
0
9,475
5,850
24,53
0,128
0,172
0,369
3
8,205
8,350
13,984
0,481
0,231
0,116
5
8,055
9,450
17,979
0,205
0,126
0,125
7
7,785
10,235
31,105
0,098
0,772
0,069
9
7,5
7,050
43,731
0,406
13,437
3,831
Gambar 1. Grafik perubahan pH perlakuan eceng gondok
Gambar 2. Grafik perubahan pH perlakuan kangkung air
Gambar 3. Grafik perubahan pH perlakuan selada air
Gambar 4. Grafik perubahan pH perlakuan kiambang
Gambar 5. Grafik perubahan pH kontrol
Gambar 6. Grafik perubahan DO perlakuan eceng gondok
Gambar 7. Grafik perubahan DO perlakuan kangkung air
Gambar 7. Grafik perubahan DO perlakuan kangkung air
Gambar 8. Grafik perubahan DO perlakuan selada air
Gambar 9. Grafik perubahan DO perlakuan kiambang
Gambar 10. Grafik perubahan DO kontrol
Gambar 11. Grafik perubahan CO2 perlakuan eceng gondok
Gambar 12. Grafik perubahan CO2 perlakuan kangkung air
Grafik 13. Grafik perubahan CO2 perlakuan selada air
Gambar 14. Grafik perubahan CO2 perlakuan kiambang
Gambar 15. Grafik perubahan CO2 perlakuan kontrol
Gambar 16. Grafik perubahan TAN perlakuan eceng gondok
Gambar 17. Grafik perubahan TAN perlakuan kangkung air
Gambar 18. Grafik perubahan TAN perlakuan selada air
Gambar 19. Grafik perubahan TAN perlakuan kiambang
Gambar 20. Grafik perubahan TAN perlakuan kontrol
Gambar 21. Grafik perubahan nitrit perlakuan eceng gondok
Gambar 22. Grafik perubahan nitrit perlakuan kangkung air
Gambar 23. Grafik perubabahan nitrit perlakuan selada air
Gambar 24. Grafik perubahan nitrit perlakuan kiambang
Gambar 25. Grafik perubahan nitrit perlakuan kontrol
Gambar 26. Grafik perubahan nitrat perlakuan eceng gondok
Gambar 27. Grafik perubahan nitrat perlakuan kangkung air
Gambar 28. Grafik perubahan nitrat perlakuan selada air
Gambar 29. Grafik perubahan nitrat perlakuan kiambang
Gambar 30. Grafik perubahan nitrat kontrol
VI.      Pembahasan
Filtrasi dengan tanaman bisa dikatakan cukup efektif untuk mereduksi buangan beracun yang dihasilkan dari kegiatan budidaya. Penggunaan tanaman dalam kegiatan ini sangat bermanfaat karena ramah lingkungan, mudah, dan juga bisa menghasilkan tanaman yang berkualitas baik karena nutrisi terpenuhi dari bahan-bahan organik terlarut hasil buangan ikan. Oleh karena itu, selain berfungsi dalam mereduksi limbah yang bersifat beracun juga bermanfaat sebagai nutrient bagi tanaman sehingga tanaman tersebut juga bisa diprouduksi dalam skala yang besar dan menghasilkan keuntungan.
Prinsip yang digunakan oleh tanaman dalam meremediasi lingkungan yang tercemar adalah dengan mengubah senyawa beracun yang berbahaya bagi lingkungan menjadi senyawa yang lebih aman dan dapat digunakan dalam kegiatan fotosintesis (Anonim 2007). Seperti juga yang dikemukakan oleh Stowell (2000) dalam Yusuf (2008) yang menyatakan bahwa tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu diperairan, dan hal tersebut sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair.
Tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman air yang bisa mereduksi limbah di perairan seperti eceng gondok, selada air, kiapu dan kangkung air  . Eceng gondok termasuk family Pontederiaceae. Tanaman ini hidup di daerah tropis sampai subtropis. Tempat tumbuh yang ideal bagi tanaman ini adalah perairan yang dankal dan berair keruh, dengan suhu berkisar antara 28-30°C dan pH antara 4-12 (Gerbono dan Djarijah, 2005). Selada air banyak tumbuh di aliran sungai kecil, kolam, atau bahkan rawa memiliki batang yang menjalar dengan daun agak bulat berdiameter 1,5-3 cm (Haryanto et al., 2007). Pemeliharaan selada air sangat mudah, hanya dengan penjarangan tanaman dan menjaga kontinuitas serta kualitas pasokan air (Admin5, 2011). Kangkung air berdaun panjang dengan ujung daun agak tumpul. Daun berwarna hijau kelam. Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan dan ungu (Haryoto, 2002).
Ikan mas merupakan salah satu spesies yang cocok untuk dibudidayakan dengan system filtrasi menggunakan tanaman. Ikan mas dalam siklus reproduksinya termasuk jenis ikan yang membutuhkan rangsangan lingkungan untuk bisa melakukan pemijahan diantaranya dengan adanya tanaman air. Hal ini dikarenakan ikan mas memerlukan sarang dan substrat untuk untuk perlekatan telur (Suhandoyo 2007).
Proses pengolahan limbah cair dalam kolam yang menggunakan tanaman air terjadi proses penyaringan dan penyerapan oleh akar dan batang tanaman air, proses pertukaran dan penyerapan ion, dan tanaman air juga berperan dalam menstabilkan pengaruh iklim, angin, cahaya matahari dan suhu (Reed 2005). Oleh karena itu alasan buruknya kualitas air yang dihasilkan dari perlakuan dengan tanaman selada air baik dari nilai TAN, nitrit maupun nitrat karena akar dan batang tanaman tersebut busuk sehingga tidak mampu meyerap dan menyaring limbah.
Senyawa nitrit berlebih akan menyebabkan menurunnya kemampuan darah untuk mengikat oksigen, karena nitrit akan bereaksi lebih kuat dengan hemoglobin yang mengakibatkan tingkat kematian ikan tinggi (Hendrawati 2007). Kadar nitrit semua perlakuan tanaman semakin meningkat dan melebihi kadar nitrit yang diperbolehkan disuatu perairan yaitu hingga mencapai nilai 12 pada tanaman kangkung dan kiambang dan 9 mg/l pada tanaman selada air. Sedangkan standar baku mutu nitrit di suatu perairan agar tidak meracuni ikan adalah 0,06 mg/l (Hendrawati 2007).
Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga serta sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil (Bahri 2006 dalam hendrawati 2007). Jika kadar nitrat dalam percobaan ini masih tinggi berarti sifat tanaman yang seharusnya memanfaatkan nitrat sebagai nutrient utamanya tidak berfungsi dengan baik. Hal ini juga bisa menjelaskan kenapa semua parameter yang diamati tidak menampakkan hasil yang baik seperti yang seharusnya.
Begitu juga akan berpengaruh terhadap kandungan oksigen terlarut yang rendah akibat proses fotosintesis tidak berjalan sehingga tidak ada oksigen yang dihasilkan sedangkan ikan tetap memerlukan oksigen terlarut untuk kebutuhan metabolisme tubuhnya. Namun, dalam perlakuan filtrasi dengan tanaman ini didapatkan kandungan oksigen terlarut berkisar antar 5 – 10 ml/g. Nilai ini masih berada dalam kisaran normal untuk kegiatan budidaya seperti yang dikemukakan oleh Jenie dan Rahayu (1993) dengan kadar kadar oksigen terlarut 3.00 – 5.00 ml/g.
Kadar CO2 terukur didapatkan nilai yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 17 – 143 ml/g. Dengan tingginya kadar CO2 tersebut mengindikasikan bahwa bioremediasi dengan tanaman tersebut tidak berhasil dalam mereduksi kadar CO2. Kondisi ini juga tidak baik bagi ikan karena apabila kadar CO2 melebihi 20 mg/l dapat menyebabkan toksik (Yusuf 2008). Sedangkan efek yang diberikan tanaman terhadap pH yaitu berkisar antara 7 – 9. Nilai ini masih dalam kondisi yang normal karena pH yang dibutuhkan untuk kehidupan biota baik tumbuhan maupun hewan air untuk bisa menjalani aktivitas secara normal yaitu berkisar antara 6 – 9 (Yusuf 2008). Berdasarkan kisaran nilai yang didapat pada pengukuran parameter tersebut dapat dipastikan bioremediasi dengan menggunakan tanaman air tidak efektif untuk budidaya.

VII.    Kesimpulan
Bioremediasi dengan menggunakan tanaman yang digunakan dalam system pengolahan limbah budidaya pada percobaan ini tidak menampakkan hasil yang baik karena kisaran nilai CO2 yang sangat tinggi melebihi kadar yang diperbolehkan bagi biota akuatik bahkan bisa menyebabkan toksik dan mematikan bagi ikan. Selain itu tingginya kadar TAN, nitrit dan nitrat juga menunjukkan bahwa tanaman air dalam hal ini eceng gondok, kangkung air, selada air dan kiambang tidak bersifat mendegredasi limbah untuk dijadikan nutrien penting dalam proses fotosintesis. Hal ini dimungkinkan kondisi akar dan batang yang berfungsi sebagai penyerap nutrien busuk sehingga tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik.
VIII.  Ucapan Terima Kasih
Puji dan syukur terpanjatkan kepada Allah SWT  dan Nabi Muhammas SAW yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya serta telah membuktikan kebesaran-Nya. Berkat jawaban doa dari-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik baiknya. Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan, terima kasih juga kepada kakak-kakak asisten yang telah membantu dalam praktikum, kepada rekan satu tim yang telah berusaha untuk kelancaran praktikum ini, penanggung jawab praktikum yang telah disibukkan untuk memberikan informasi dan semua pihak yang membantu untuk menyelesaikan laporan dengan sebaik-baiknya.

Daftar Pustaka

Anonim1, 2007. Bioremediasi senyawa karbon aromatik. faperta.ugm.ac.id/newbie/mikro/irfan_dp/.../BioremSenyPolutan.ppt
Gerbono Anton dan Djarijah Abbas Siregar. 2005. Kerajinan Eceng Gondok. Kanisius : Yogyakarta.
Haryanto Eko et al.. 2007. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya : Jakarta.
Haryoto. 2002. Bertanam Kangkung Raksasa di Pekarangan. Kanisius : Yogyakarta.
Hendrawati, Prihadi, T.H., Rohmah, N.N., 2007. Analisis kadar phosfat dan N-Nitrogen (amonia, nitrat, nitrit) pada tambak air payau akibat rembesan lumpur lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Jenie, B.S.L. dan Rahayu W.P. 1993. Penanganan Limbah industry pangan, penerbit kanisius, Yogyakarta
Reed, S.C., E.J. Midlebrooks and R.W Crites. 2005. Natural system of waste management and treatment McGraw Hill Book Company, New York.
Suhandoyo, 2007. Aplikasi teknologi induksi untuk meningkatkan efisiensi reproduksi ikan budidaya. Jurnal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia edisi 9618
Yusuf, G., 2008. Bioremediasi limbah rumah tangga dengan system simulasi tanaman air. Jurnal bumi lestari, vol. 8 No. 2, Agustus 2008. Hal. 136-144